Senin, 31 Maret 2008

Bertengkar, Mengakui Kesalahan dan Memulainya…

Bila harus bertengkar dengan seseorang, batasilah pada persoalan yang sekarang, usahakan jangan bawa-bawa persolan masa lampau karena kita tidak akan melihat sedikit pun hal-hal baik yang pernah terjadi. Sebaiknya lihatlah kebaikan masa lalu sehingga bisa menjadi penawar dan penengah dari akar permasalahan sebuah pertengkaran.
Dan jika harus bertengkar lakukan dengan adil jangan sampau engkau menyebut nama lawanmu. Akuilah sebuah kekalahan dan kekeliruan yang terjadi sebagai usaha perbaikan di masa depan, malu menghadapi sebuah kekeliruan adalah seperti perlahan kita menenggelamkan diri dalam kekalutan dan pertentangan jiwa. Bukankah kita sesungguhnya adalah orang yang merugi secara waktu. Jangan biarkan waktu kita terbuang dengan memulai dari awal seluruhnya tapi coba perbaiki apa yang jadi akar permasalahnnya, karena waktu kita amatlah singkat di dunia ini.
Wahai kawan, sesesungguhnya seseorang itu adalah manusia biasa yg bisa salah/jatuh dan bisa kembali terulang atau kembali sama seperti kita, artinya tidak ada sesuatu yg abadi, bukankah sebuah lereng bebatuan terlihat begitu kekar dan angkuh menjulang menyundul bumi ??? tetapi perlahan dan pasti ia luluh terkikis oleh air, panas dan pergantian cuaca secara perlahan dan itu pasti terjadi.
Jadilah Air niscaya engkau akan menyejukkan dan melepas dahaga, tapi jangan lah jadi air yang murka karen akan menenggelamkan dan menghayutkan dan jangan lah jadi air asin karena akan membuat ketagihan (ketagihan cenderung tidak baik, janganlah kamu berlebih-lebihan)
Jadilah Angin niscaya engkau akan dinantikan ketika dimusim kemarau akibat kesejukan yang engkau hembuskan, tapi janganlah engkau keluarkan seluruh kekuatan dan kecepatanmu niscaya manusia akan berteriak histeris (badai topan, badai isabel, badai katarina dan ……lain-lain) ketakutan dan menyesalkan kehadiranmu.
Jadilah Cahaya niscaya engkau akan selalu ditunggu tuk menerangi kehidupan
yang terlihat semakin gemerlap tetapi sesungguhnya gersang di hati, jadilah sebuah cahaya walapun kecil yang bisa menusuk menembus relung hati yang gelap dan menggumpal dengan selalu menjaga cahaya yang bisa engkau pancarkan. Teruslah berusaha menyinari walo setitik cahaya dengan selalu tetap mencari dan mempertahankan cahaya yang engkau miliki.
Jadilah apa saja yang engkau inginkan dan berusaha bisa bermanfaat bagi
lingkungan terkecil mu (family : Bapak, Ibu, Kakak, Adik etc), kerabat, sahabat, handai taulan, tetangga tanpa pernah melihat sebuah keuntungan dan kerugian yang engkau torehkan/nikmati karena sesungguhnya ada yang selalu memperhitungkan semua untung-rugi, baik- buruk, bagus-jelek dll bahkan sebesar biji dzarahpun, adalah tuhan yang maha melihat dan mengetahui apa yang tersembunyi dalam relung hati mu yang terdalam serta mengampuni semua kesalahan-kesalahan yang pernah kita alami dengan itikad tidak akan mengulanginya lagi walopun sulit untuk memulainya

Tidak ada komentar: